Presiden Jokowi dan Prabowo bertemu di MRT Jakarta |
JAKARTA, TUNTAS.CO.ID - Pertemuan Jokowi dan Prabowo membuat ruang gerak kelompok radikal menyempit. Pengamat politik dari Pupuli Centre, Rafif Pamenang Imawan, menilai pertemuan tersebut membuat kelompok radikal yang tidak suka demokrasi menjadi tersudut dari sisi keberadaan maupun ideologi.
"Kelompok anti demokrasi tersudut usai pertemuan Jokowi-Prabowo. Kelompok radikal kehilangan ruang untuk menggalang dukungan," kata Rafif, mengutip CNNIndonesia.com, Rabu (17/7).
Ia menilai banyak kelompok radikal yang telah memanfaatkan kontestasi pilpres 2019. Meski Mahkamah Konstitusi (MK) telah membacakan putusan sengketa Pilpres 2019 yang diajukan paslon Prabowo-Sandiaga Uno, kata dia, masih banyak kelompok radikal yang masih mencoba untuk menggalang dukungan.
Sebab saat itu Prabowo belum melakukan pertemuan dengan Jokowi dan belum menerima secara formal jika mantan Gubernur DKI Jakarta itu menang Pilpres 2019-2024.
"Sementara bagi blok kepentingan politik praktis seperti Gerindra sudah selesai masalah pemilu. Namun bagi organisasi radikal, momentumnya telah hilang," kata dia.
"Oleh karenanya perlu untuk memperkuat hubungan antara parpol dan ormas sehingga kanal agregasi politik dapat terkumpul di parpol," kata dia.
Jokowi dan Prabowo telah menggelar pertemuan di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7). Keduanya bersalaman dan menaiki MRT bersama menuju Senayan. Prabowo juga sudah sampaikan ucapan selamat kepada Jokowi.
Keduanya kemudian makan bersama di salah satu restoran kawasan Senayan. Sejumlah tokoh juga terlihat ikut dalam pertemuan itu, seperti Kepala BIN Budi Gunawan, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menhub Budi Karya Sumadi, Waketum Gerindra Edhy Prabowo, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, hingga Ketua TKN Erick Thohir.(mm/cnni)