Mai Syaroh. S.Pd Mahasiswi Prodi MPI Pascasarjana UIN STS Jambi |
TUNTAS.CO.ID_JAMBI - Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Safawi di Persia dan Mughal di India.
Kerajaan Usmani. Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah.
Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus, yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara negeri Cina kurang lebih tiga abad.
Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah.
Kerajaan Turki Usmani yang selalu berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya. Diantara mereka (para penguasa) memimpin dengan tegasnya atas peninggalan dari nenek moyang agar jangan sampai jatuh ke tangan negeri/penguasa lain selain Turki Usmani.
Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur.
Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting, yaitu: Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan, Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya, dan Bidang Keagamaan.
Kemudian pada Masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan dari pada kerajaan Turki Usmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau Sulaiman Al-Qonuni.
Akan tetapi, setelah beliau wafat sedikit demi sedikit Turki Usmani mengalami kemunduran, dan terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya, yang nenyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur, akan tetapi meskipun terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai militer yang tangguh.
Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 M.
Kerajaan Safawi di Persia, Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaannya, kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat.
Nama Safawi ini terus dipertahankan sampai Tarekat Safawiyah menjadi suatu gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut Kerajaan Safawi. Dalam perkembangannya, Kerajaan Safawi sering berselisih dengan Kerajaan Turki Usmani.
Raja yang dianggap paling berjasa dalam memulihkan kebesaran Safawi sekaligus membawanya ke puncak kemajuan adalah Syah Abbas (1588-1629 M).
Langkah awal yang dipilihnya untuk memulihkan kejayaan kerajaan adalah berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash, dengan membentuk unit pasukan berasal dari kalangan Ghulam (budak-budak) dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia yang telah ada sejak raja Tahmasp I.
Kemudian mereka diangkat dalam jabatan pemerintahan, baik jabatan yang pernah diduduki oleh Qizilbash maupun jabatan penguasa di daerah-daerah.
Dalam hal tahun berakhirnya kekuasaan Safawi di Persia ternyata penulis sejarah berbeda pendapat, ada yang mengatakan tahun 1732 M merupakan akhir dari kekuasaan Safawi di Persia.
Pendapat ini berarti mendasarkan pada akhir kekuasaan Tahmasp II ketika dipecat oleh Nadzir Quli. Ada juga yang mengatakan bahwa akhir dari kekuasaan Safawi adalah tahun 1736 M, yaitu ketika Nadir Quli secara resmi dinobatkan menjadi raja.
Yang perlu ditegaskan di sini bahwa ketika nadzir Quli dinobatkan menjadi raja Persia, Abbas III masih terus berkuasa sampai tahun 1749 M, dan setelah Abbas III masih ada empat lagi raja keturunan kerajaan Safawi.
Kerajaan Mughal di India, Kerajaan Islam datang dari Timur, di India. Kesultanan Delhi telah memerintahkan bagian utara anak Benua India sejak awal 1200-an. Penggabungan budaya Arab, Persia dan Turki dengan budaya India asli secara perlahan menghasilkan peradaban Islam India yang baru dan unik.
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah al-Walid, dari Dinasti Bani Umayyah. Penaklukkan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah dibawah pimpinan Muhammad ibn Qasim.
Pada fase desintegrasi, Dinasti Ghaznawi mengembangkan kekuasaannya di India di bawah pimpinan Sultan Mahmud dan pada tahun 1020 M, ia berhasil menaklukkan seluruh kerajaan Hindu di wilayah ini, sekaligus meng-Islam-kan sebagian masyarakatnya (Mahmudunnasir, 1981:163).
Setelah Dinasti Ghaznawi hancur, muncul DinastidDinasti kecil seperti Mamluk (1206-1290 M), Khalji (1296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M), dan Dinasti-dinasti lain.
Masa kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605), dan tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang.
Karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya sastra gubahan penyair istana, berbahasa Persia dan India. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja- raja berikutnya.
Setelah satu setengah abad Dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh Sultan-sultan sebelumnya.
Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran, dimana kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di belahan Utara dan Islam di bagian Timur semakin lama semakin mengancam.
Sementara itu, para pedagang Inggris yang diijinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Oleh : Mai Syaroh. S.Pd
Referensi :
Zubaidah, Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing
Fuad, AH. Zakki. Sejarah Peradaban Islam: Paradigma Teks, Reflektif,dan Filosofis.
Alkhateeb, Firas. 2016. Sejarah Islam yang Hilang: Menelusiri Kembali Kejayaan Islam pada Masa Lalu. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.